Unsur-unsur pancasila sebagai suatu sistem filsafat

 ABSTRAK                                              

Penyajian perkuliahan Pendidikan Pancasila dimimbar Perguruan tinggi berdasarkan peraturan perundang-undangan dan landasan hukum yang telah ada serta analisis obyektif- ilmiah guna menemukan hakekat dan kebenaran pancasila sebagai dasar negara kesatuan RI, Pandangan hidup bangsa Indonesia, Filsafat bangsa dan sendi kehidupan bangsa Indonesia


TUJUAN

1. Mengetahui Unsur-unsur pancasila sebagai suatu sistem filsafat.

1.1       Pengertian Sistem

Pengertian tentang sistem dapat mengacu pada benda - benda konkrit maupun benda-benda abstrak. Kita sering mendengar atau membaca istilah-istlIah misalnya sistem nilai budaya (cultural values system),sistem  politik, sistem pendidikan nasional, sistem saraf dan sistem jaringan otot.

            “ Menurut Fowler (1964) yang dimaksud dengan' sistem adalah: Compler whole, set of connected things or parts, organized body ofmaterial or immaterial “things”

            “Menurut Webster's New American Dictionary, yang dimaksud dengan sistem adalah:  combination of parts into whole, as the bodily system, the digestive system, a railroad system, the solar system”.

            “Menurut Hornby (1973) mengartikan sistem sebagai: (1) Group of things or Pans working together in a regular relation: the nervous system, the digestive system, the rail way system, (2) Ordered set of ideas, . theories, principles etc. a system philosophy, system of government".

            “Kemudian dalam The Concise Oxford Dictionary of Current English  yang dimaksud sistem filsafat adalah Set of coordinated atau kumpulan dari ajaran-ajaran yang terkoordinasilian".

Berdasarkan pada uraian di atas dapat disimpulkan hal-hal yang bersangkutan

dengan suatu sistem adalah sebagai berikut :

1. Dalam suatu sistem termuat adanya sejumlah unsur atau bagian. Dalam suatu sistem abstrak unsur ini berwujud pandangan dan ajaran tentang sesuatu hal.
2. Unsur-unsur yang termuat dalam sistem saling berhubungan  sehingga merupakan kesatuan yang menyeleruh.
3. Hubungan diantara unsur-unsur tersebut bersifat tetap
4.Hubungan diantara unsur-unsur tersebut bersifat tetap

1.2      Sistem Filsafat

Sistem filsafat adalah kumpulan ajaran yang terkordinasikan. Suatu sistem filsafat haruslah memiliki ciri – ciri tertentu yang ber-beda dengan sistem ain misalnya sistem ilmiah.

Suatu sistem filsafat  komprehensive, dalam arti tidak ada sesuatu hal yang di luar jangkauannya. Kalau tidak demikian- mata hanya memandang realitas dari satu samping atau tidak memadai. Suatu sistem filsafat dikatakan memadai kalau mencakup suatu penjelasan terhadap semua gejala (Kattsoff: 1964).

Realitas yang dihadapi manusia sangat luas, mencakup segala sesuatu baik hal-hal yang dapat ditangkap dengan indera –maupun yang dapat ditangkap dengan akal. Sebagai mahluk yang berakal, manusia dapat melampaui pengalamannya sehingga dapat menangkap kenyataan yang di luar pengalaman.

Realitas yang bersifat spiritual (kerokhanian), misalnya hakikat atau essensi sesuatu hal tidak dapat ditangkap dengan indra akan tetapi hanya dapat dimengerti atau difahami dengan perantaraan akal. Karena sedemikian luas jangkauan filsafat, malta sesuatu sistem fllsafat dengan- sendirinya mencakup pemikiran teoritis tentang realitas - baik itu tentang Tuhan, alam, maupun manusia itu sendiri.

Dalam suatu sistem filsafat ada hubungan antara pemikiran teoritis tentang Tuhan, alam dan manusia. Yang tidak kalah pentingnya adalah bahwa suatu sistem filsafat mengandung maksud atau tujuan tertentu sebagaimana yang diharapkan oleh mereka yang mempercayainya bahwa sistem filsafat yang dianutnya itu sudah merupakan kebenaran yang mutlak.

1.3       Sistematik Filsafat

Cara mempelajari filsafat dibedakan menjadi dua yaitu secara historis dan secara sistematik. Pertama mempelajari sejarah perkembangan pemikiran filsafat sejak awal pemunculannya sampai sekarang. Yang kedua mempelajari isi, yaitu mempelajari pembagian bidang persoalannnya.

Masalah-masalah filsafat di samping dapat dideskripsikan ciri-cirinya, juga dapat dibagi menurut jenis-jenisnya, Jenis-jenis masalah filsafat ini bersesuaian dengan cabang-cabang filsafat.

Ada tiga jenis masalah kefilsafatan yang utama yaitu: keberadaan, pengetahuan dan nilai-nilai sebagai berikut :

➖ Masalah-masalah keberadaan (being) atau eksistensi (existence). Masalah ini bersangkutan dengan cabang filsafat metafisika. Masalah metafisis .dibedakan menjadi tiga yaitu masalah ontologis, masalah kosmologis dan masalah antrapologis
➖ Masalah-masalah pengetahuan (knowledge) maupun kebenaran (truth). Pengetahuanlkebenaran ditinjau dari segi isinya bersangkutan dengan cabang filsafat epistemologi. Pengetahuan kebenaran ditinjau dari segi bentuknya bersangkutan dengan cabang filsafat logika
➖ Masalah-masalah nilai-nilai (values). Nilai-nilai dapat dibedakan menjadi dua, nilai-nilai kebaikan dan nilai-nilai keindahan. Nilai-nilai kebaikan tingkah laku bertalian dengan cabang filsafat etika. Nilai-nilai keindahan bertalian dengan cabang filsafat estetika

1.4    Pancasila Sebagai Sistem Kefilsafatan
Manusia merupakan mahluk yang selalu bertanya la menanyakan segala sesuatu yang dijumpainya, yang belum dimengerti. Jawaban atas pertanyaan tersebut dapat diperoleh dengan berfikir sendiri (refleksi) atau ditanyakan kepada orang lain. Pertanyaan kefilsafatan bertalian dengan pertanyaan yang mendalam yang mengacu pada hakikat sesuatu yang dipertanyakan baik tentang Tuhan, alam manpun diri manusia sendiri
Jawaban atas pertanyaan kefilsafatan menghasilkan suatu sistem pemikiran kefilsafatan. Pemikiran kefilsafatan kemudian dijelmakan menjadi pandangan kefilsafatan. Dengan demikian pandangan kefilsafatan seseorang, berarti juga merupakan pandangan seseorang terhadap Tuhan, alam dan manusia. Dari.pandangan kefilsafatan seseorang dapat diketahui bagaimana ia berfikir, bersikap dan berbuat


Dalam Uraian terdahulu dikatakan· bahwa sistem kefilsafatan adalah kumpulan dari ajaran-ajaran tentang kenyataan, yang saling berhubungan, sehingga merupakan kesatuan, komprehensi yang kesemuanya itu dimaksudkan untulk mencapai tujuan tertentu. Dimensi subjektif dibentuknya sistem filsafat adalah kesadaran dari pelaku atau pembentuk sistem tersebut untuk menerapkan sistem itu bagi tujuan tertentu atau ideal yang diharapkan



Daftar Pustaka

1. Drijarkara, N. 1959, Pantjaaila and Religion, Ministry of Information Republic of Indonesia, Jakarta
2 .Fowler, W.H. 1964, The Concise Oxford Dictionary of Current English, Oxford University Press, Oxford
3 .Homby, A.S. 1973, The Advanced Learnber'a Dictionary of Current English, Oxford University Press, Ely House, London
4 .Mulder, D.C., 1966, Pembimbing Ke dalam Ilmu Filsafat, Badan Penerbit Kristen, Jakarta
5.    Notonagoro, 1971, Pancasila secara Ilmiah Populer, Pancuran Tujuh, Jakarta.


Komentar